Gelar Bimtek Creative Learning in Digital Age, Supardi Wujudkan Mimpi Payakumbuh Kota Pendidikan Berbasis Digital
Payakumbuh--Guna wujudkan percepatan digitalisasi di dunia pendidikan, sejak tahun lalu, Dinas Pendidikan Sumbar telah bekerjasama dengan Ketua DPRD Sumbar, Supardi, melaksanakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Creative Learning in Digital Age dan kini sudah memasuki tahap III. Ratusan guru SMA/SMK se-Kota Payakumbuh telah mengikuti 2 tahap bimtek sebelumnya.
Pada Jumat malam (26/5/2023), Bimtek Creative Learning in Digital Age Tahap III resmi dibuka di Ballroom Pusako Hotel, Bukittinggi dan akan berlangsung hingga 29 Mei mendatang.
Proyek tersebut tidak terlepas dari peran Ketua DPRD Sumbar, Supardi, yang memiliki visi menjadikan Payakumbuh sebagai Kota Pendidikan Berbasis Digital sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya membangun Payakumbuh sebagai Smart City.
Pada penutupan Bimtek Creative Learning Tahap II, Desember tahun lalu, legislator asal Payakumbuh itu melihat bahwa sebagai kota non-Industri, Payakumbuh bisa berkembang dengan memaksimalkan potensi sumber daya manusianya.
“Payakumbuh adalah satu sentra ekonomi kreatif berbasis digital di Sumbar. Situasi positif ini mesti terus didorong dengan melahirkan lebih banyak lagi generasi muda yang kreatif lewat sistem pendidikan berbasis digital,” katanya saat membuka acara.
Pada tahap sebelumnya para guru SMA dan SMK se-Kota Payakumbuh difasilitasi agar mampu merancang bahan ajar berbasis digital seperti bahan dalam bentuk audio-visual.
Lebih jauh, Supardi punya mimpi bahwa Payakumbuh bisa melahirkan generasi kreator dan inovator. “Mari kita dorong siswa agar menjadi pencipta, kreator, penghasil sesuatu yang baru, penemu mesin-mesin baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya,“ ujarnya.
*Payakumbuh Sebagai Kota Pendidikan Berbasis Digital*
Saat ini Payakumbuh tengah menjadi pilot project Kota Pendidikan Berbasis Digital di Sumatera Barat. Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat melihat Payakumbuh punya beragam prestasi di bidang pendidikan berbasis digital, seperti dikatakan Mahyan S. Pd. MM, Kabid PSMA Dinas Pendidikan Provinsi Sumbar dalam kata sambutan pada pembukaan Bimtek Creative Learning pada Tahap III kemarin (22-25 Mei).
Ia juga menyebut upaya percepatan digitalisasi pendidikan sangat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman guru akan dunia peserta didik, yaitu dunia digital.
“Anak-anak harus dididik sesuai dengan zamannya. Anak-anak didik kita saat ini merupakan Generasi Z yang sudah menjadi bagian dari dunia digital, mereka telah akrab dengan dunia digital. Saatnya, kita, para guru, menyesuaikan diri,” ujarnya.
Senada dengan itu, Syafruddin Abbas, Kacab Dinas Wilayah IV Dinas Pendidikan Provinsi Sumbar, juga menekankan pentingnya penguasaan teknologi digital oleh tenaga pendidik.
“Kita, para guru dan pejabat instansi pendidikan, harus betul-betul terjun ke dunia baru ini, dunia digital. Setiap minggu ada tools-tools digital baru yang bisa kita gunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah,” paparnya.
Salah satu tujuan bimtek ini mendorong tenaga didik agar lebih akrab dan menguasai beragam perangkat-perangkat digital demi memudahkan proses pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan konsep Kurikulum Merdeka yang memungkinkan guru mengembangkan media pembelajaran berbasis teknologi digital.
Dengan adanya Bimtek tersebut, Dinas Pendidikan Sumbar berharap sekolah mampu melahirkan generasi yang kreatif dan inovatif—generasi yang tidak lagi sepenuhnya menggantungkan diri pada ketersediaan sumber daya alam yang terbatas.
Salah satu peserta bimtek
Guru sejarah di SMA Raudathul Jannah Payakumbuh, menilai guru-guru seperti dirinya kini mesti mempelajari dan menguasai teknologi digital.
“Kita akan tersingkir dan terasing, masyarakat kita, murid-murid kita, jika memalingkan muka dari perkembangan dunia saat ini,” katanya lagi.
Karena itu, ia menilai Bimtek semacam ini penting diikuti. Dalam konteks mata pelajaran yang diampunya, ia melihat masih banyak tools digital yang mesti ia kenal dan kuasai demi membuat murid lebih menggemari pelajaran sejarah.
“Jika sejarah diajarkan dengan cara yang membuat murid mudah bosan, sejarah akan diabaikan, dan kita akan kehilangan pijakan lalu bingung menatap masa depan,” tutupnya. (*)