Tanah Datar, Publikasi Set DPRD Sumbar---Saluran irigasi di Nagari Tanjung Barulak, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar tidak lagi berfungsi (mandek). Kondisi ini membuat ribuan petani menjerit. Diperkirakan 500 hektar sawah fuso (gagal panen). Petani mengalami kerugian Rp12, 5 miliar.
Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatra Barat, Sabar AS, saat tinjauan komisi ke lokasi, Sabtu, (29/8) mengaku prihatin dan meminta semua stekholder terkait untuk segera menanggapi persoalan tersebut. Dikhawatirkan, hal ini akan berdampak pada anjloknya perekonomian masyarakat yang 90 persen adalah petani.
"Kondisi ini sangat memprihatinkan sekali dan diperlukan penangangan yang cepat untuk mengatasinya. Kami minta semua stekholder untuk segera menyikapi inti persoalan ini. Jika tidak, petani akan terus mengalami kerugian yang besar, " ujar Sabar, AS didampingi anggota komisi lainnya Rahmad Saleh, Rizanto Algamar, dan anggota lainya saat tatap muka dengan pemuka masyarakat di kantor Wali Nagari, Tanjung Barulak.
Sabar AS menyarankan agar pihak terkait dalam hal ini Dinas Pertanian, dan PSDA Sumbar, melakukan perbaikan saluran irigasi yang rusak. Penanganan dapat dilakukan dengan melakukan rehap terhadap irigasi skunder dan primer yang ada. Sehingga sumber air dapat dialirkan ke semua lahan pertanian.
"Untuk mengatasi persoalan ini perlu adanya singkronisasi PSDA dan Dinas Pertanian. PSDA harus melakukan perbaikan pada saluran irigasi Skunder. Sementara Dinas Pertanian harus mengatur tentang pola tanam, dan pengawasan proses pertanian, " ujarnya.
Selanjutnya Sabar AS juga meminta kepada masyarakat untuk tertib mempergunakan saluran yang ada. Jangan ada oknum yang melakukan percurian air. Pihaknya mendapatkan informasi bahwa ada oknum yang mengambil air dengan cara mementingkan kepengan sendiri. “Ini perlu kesadaran dan keterlibatan semua pihak, agar ini tak terjadi lagi,†pinta Sabar AS.
Sementara itu Kabid Irigasi Dinas PSDA Sumbar Andi Ikfan yang turut mendampingi Komisi II ke lokasi menjelaskan, kekeringan yang terjadi tak hanya terletak pada ketersediaan air yang ada. Namun, juga pada pengaturan pola tanam pertanian. Sehingga debit air yang ada tak mencukupi semua lahan pertanian yang sedang digarap. Untuk kondisi ini, PSDA akan berencana untuk membangung saluran irigasi tanjung barulak. Debit air yang ada sekitar 24, 4 liter. Namun, melihat kondisi topografi perbukitan, irigasi tersebut membutukan anggaran yang sangat besar.
"PSDA sudah melakukan kajian dan penelitian untuk pembangunan irigasi ini. Sumber air yang ada cukup untuk mengariri 300-400 hektar sawah. Namun anggaran untuk pembangunan akan mencapai Rp70 miliar, " katanya.
Pj. Wali Nagari Tanjung Barulak, Sukma Wati mengungkapkan, kekeringan sudah terjadi sejak 2 bulan terakhir. 90 persen pertanian pada musim ini gagal panen. Masyarakat, katanya, mengharapkan ada sulusi cepat. Terutama pada perbaikan saluran irigasi primer dan skunder.
"Kami berharap semua pihak dapat mencarikan solusi. Sehingga kondisi pertanian di daerah ini kembali pulih dan memberikan hasil yang maksismal, " harapnya.
Di kesempatan yang sama, anggota Komisi II, Rizanto Algamar menyayangkan ketidak seriusan pihak terkait (Dinas Pertanian dan PSDA) dalam menangani persoalan tersebut. “Tanjung Barulak merupakan daerah lumbung padi sejak dahulunya. Namun, tak didukung oleh pengairan yang baik. Saya mengharapkan ada keseriusan dalam penaganan ini. Masa tikus mati di lumbung Padi,"sesal Rizanto. (Publikasi Set DPRD)