SIJUNJUNG- Kabupaten Sijunjung merancang langkah strategis di sektor perkebunan agar tidak terpuruk karena dampak gejolak harga. Daerah ini tidak memfokuskan pada satu komoditi tetapi mengandalkan tiga komoditi sehingga ketika harga salah satu dari tiga komoditi tersebut anjlok, masyarakat pekebun tidak terpuruk.
Sekretaris Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan Kabupaten Sijunjung Puji Basuki, Kamis (22/1) menyampaikan hal itu kepada Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Barat dalam kunjungan kerja ke daerah itu. Menurut Puji, tiga komoditi tersebut adalah karet, kelapa sawit dan kakao.
" Langkah antisipatif terhadap gejolak harga, kami mengarahkan masyarakat untuk tidak fokus kepada satu komoditi. Ada tiga komoditi utama yang menjadi andalan yaitu Karet, kelapa sawit dan kakao sehingga ketika harga salah satu komoditi anjlok, pekebun tidak terpuruk," terang Puji.
Untuk tanaman karet, luas perkebunan terdata adalah sekitar 38 ribu hektar yang sebagian besarnya merupakan perkebunan rakyat. Sementara untuk kelapa sawit terdata seluas lebih kurang 16 ribu hektar yang juga didominasi kebun rakyat.
" Untuk komoditi kakao, budidayanya tidak dibudidayakan pada lahan yang luas tetapi masyarakat menanamnya di lahan-lahan yang dekat dari tempat tinggal mereka dan mudah dijangkau," tuturnya.
Puji juga menyebutkan, selain lahan yang sudah diolah tersebut, saat ini masih ada sekitar 33 ribu hektar lahan siap pakai yang belum tergarap. Kendalanya adalah ketidakmampuan pemilik lahan untuk mengolah. Lahan tersebut sangat potensial untuk tanaman karet.
Ditambahkan, tanaman karet yang ada saat ini sebagian besar sudah berumur tua. Meskipun sudah tua, pemilik masih tetap menyadapnya walaupun hasilnya tidak maksimal. Sebetulnya sudah waktunya diremajakan namun terkendala biaya dan juga sebagai tumpuan ekonomi sehari-hari.
Sedangkan untuk kelapa sawit, Puji menerangkan sejauh ini tidak ada kendala kecuali masalah naik turun harga. Hal ini tidak bisa dihindari mengingat harga sawit sangat ditentukan pasar dunia.
Untuk pengembangan kakao, ia menyebutkan, tidak dibudidayakan secara spesifik pada lahan yang luas. Komoditi kakao dikembangkan di lahan-lahan dekat pemukiman yang mudah dijangkau.
Komisi II DPRD Sumbar mengapresiasi langkah tersebut dan menilainya sebagai upaya positif. Anggota Komisi II DPRD Sumbar Trinda Farhan Satria memandang strategi seperti itu bisa menjaga kondisi ekonomi masyarakat tetap stabil. Namun persoalan kebun karet rakyat yang sudah tua perlu mendapat perhatian serius.
Apris, wakil ketua komisi II DPRD juga menambahkan, masalah lahan yang belum digarap perlu diperhatikan. Pemerintah kabupaten harus menyikapinya dengan program-program bantuan bibit.
" Jika terkendala anggaran, DPRD provinsi juga akan berupaya membantu. Yang penting pemkab harus menyusun detail kebutuhan sehingga nanti bisa diatasi bersama-sama," kata Apris.
Kunjungan kerja komisi II DPRD tersebut adalah dalam rangka mengetahui dan mencari masukan tentang masalah perkebunan di berbagai daerah. Ikut dalam kunjungan tersebut antara lain Wakil Ketua DPRD Sumbar Darmawi selaku kordinator, ketua komisi II Sabar. A. S, wakil ketua komisi II Apris, Sekretaris komisi Iradatillah. Anggota komisi II yang ikut adalah Trinda Farhan Satria, Rahmad Saleh, Taufik Hidayat dan Sabrana. (www.padangmedia.com)