Curhat Guru SMA Payakumbuh kepada Ketua DPRD Sumbar, Pernah Diancam, Banyak Siswa Tidak Menghargai Lagi

Sebanyak 100 guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Kota Payakumbuh mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Digitalisasi selama empat hari mulai Senin hingga Kamis, (22-25) di salah satu hotel di Kota Bukittinggi.

Bimtek tersebut program Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) yang dilaksanakan melalui anggaran pokok-pokok pikiran (Pokir) Ketua DPRD Sumbar, Supardi.

Pada kesempatan tersebut, beberapa orang guru membeberkan sejumlah kerisauan terkait tantangan dunia pendidikan pada masa sekarang, kepada Supardi.

 

Rina salah seorang guru di Payakumbuh mengatakan, di saat sekarang siswa lebih kompeten terkait digitalisasi dibanding guru, namun ada yang lebih penting untuk saat ini. Yaitu penurunan karakter anak sebagai murid dan kurangnya kepedulian orang tua pada anak. Artinya orang tua membebankan proses perkembangan anak dari segala aspek ke guru.

Padahal peran orang tua juga penting dalam pendidikan anak. Penurunan karakter sebagai siswa di era digitalisasi mulai menurun. Dulu siswa selalu menghargai guru, namun sekarang tidak lagi. “Hal itu tantangan sendiri bagi guru, jika proses pendidikan gagal guru lah orang pertama disalahkan,” katanya.

Sementara itu Jefriando, Guru SMA 3 Payakumbuh mengatakan pentingnya perlindungan hukum terhadap guru pada proses belajar mengajar. Ia mengaku pernah diancam oleh orang tua siswa akan dilaporkan kepada yang berwajib karena mendidik sedikit keras.

 

“Tugas guru ada dua mendidik dan mengajar, karena dalam tekanan tugas kita tidak optimal. Jadi kita perlu perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas, ” katanya.

Sementara itu guru lainnya, Ayu mengatakan, pentingnya peningkatan kapasitas guru dalam penerapan kurikulum merdeka. Guru harus lebih pintar dari murid dalam era digitalisasi. Di mana penggunaan teknologi bukan tolak ukur utama dalam menilai kompetensi anak.

 

Dirinya pernah memberikan tugas kepada anak muridnya melalui platform digital. Namun setelah menggunakan aplikasi terkait tugas anak-anak semua mengandung plagiat. Itu merupakan hal krusial bagi guru untuk terus meningkatkan kompetensi di era digital.

Menanggapi hal tersebut Ketua DPRD Sumbar Supardi mengatakan, memang karakter anak itu terbentuk oleh beberapa faktor. Termasuk kepedulian orang tua.

“Saat saya sekolah di akhir 90 memang terasa sopan santun terhadap guru. Namun sekarang hal itu telah berkurang. Begitupun keresahan-keresahan guru lainya akan menjadi masukan bagi DPRD untuk ditindaklanjuti bersama,” ucapnya.

 

Sekarang ini, kata dia, telah memasuki kurikulum merdeka, penekanan kurikulum ini bagaimana anak bisa mandiri belajar, dan guru-guru tidak hanya sebagai sumber ilmu tapi juga sebagai mediator dan fasilitator untuk anak. Kemandirian itu membutuhkan kecerdasan dan kemampuan guru.

Bimtek digitalisasi ini akan menjadi salah satu persyaratan dalam meningkatkan kualitas kemandirian guru menghadapi kurikulum merdeka ke depan.

Disebut Supardi, agar ada folow up dari apa yang dilaksanakan, ia bersama dinas pendidikan terus memantau perkembangan guru-guru yang telah mengikuti bimtek tersebut.

Lebih lanjut ia menyampaikan, dalam upaya untuk menuju perubahan semuanya pasti butuh proses. Hal ini menurut dia tak hanya bisa dilakukan oleh guru-guru. Tapi, juga kepala sekolah. Sebab hebat pun guru, kalau kepala sekolah tidak terus meningkatkan kemampuan, hasilnya juga tak akan sesuai dengan yang diharapkan.

 

“Panglima perang di dunia pendidikan itu bukanlah dinas, atau kacabdin, tapi ada di sekolah masing-masing dalam hal ini dikomandoi oleh kepala sekolah, jadi kepala sekolah juga harus terus meningkatkan kemampuan, karena peran kepala sekolah sangatlah penting” tukasnya.